How to Deal with The “Bad News”

05.46

Photo by Kayla Velasquez on Unsplash



Hah?!?! Kok bisa kejadian gini sih? 

Seharusnya enggak gini dong, Kok pemerintah gitu sih??!!

Negara lain kayaknya lempeng2 aja tuh.. negara kita kenapa sih??!!
.
.
.
.


Berapa banyak dari kita yang sering mengeluarkan reaksi itu setiap kali kita melihat berita atau mendengar kabar yang “buruk” atau tidak sesuai dengan hati? Apa yang biasa kita lakukan? Tak sedikit dari kita mengomel, menggerutu, atau bahkan sampai marah. Belum lagi makin banyak hoaks yang berkeliaran, serasa makin mudah untuk emosi dalam jiwa. Saya juga sempat merasa capek melihat berita “buruk” seperti itu. Kenapa bisa banyak kabar “buruk”? Apakah saya harus terus mengomel dan menggerutu sendiri? Atau harus dilakukan bersama-bersama agar saya tidak sendiri? 

Haruskah kita hanya diam dan tidak boleh menyuarakan pendapat dan bersikap apatis? Sepertinya akan lebih baik jika tidak mengetahui segala hal yang terjadi. Kita hanya tinggal tutup mata dan tutup telinga (not literally of course) kepada semua yang terjadi di sekitar kita. 

Berpikir kritis adalah sebuah berkah yang harus diasah. Kita diberikan kemampuan dari otak kita untuk mengetahui hal yang benar dan salah. Benar dan salah sangat bersifat relatif dan sangat bergantung pada faktor-faktor pertimbangan apa yang kita pakai untuk menilainya. Faktor-faktor pertimbangan ini sangat bervariasi pada tiap latar belakang, pengalaman, pengetahuan, budaya tiap individu. Akan tetapi, bukan berarti kita harus mengomentari serta mengomel akan segala hal yang menurut kita salah. Tak sering omelan itu dibuang dalam sosial media. Mungkin kita merasa bahwa tidak ada konsekuensi apapun. Namun segala perkataan yang keluar pasti akan memiliki konsekuensi. Baik itu langsung maupun tidak langsung. 

Saya menyadari pada akhirnya dunia tidak akan membaik hanya dgn keluhan kita. Omelan atau celotehan yang kita keluarkan memang membuat diri kita menjadi merasa lebih baik. Karena sesuatu yang bersifat “negatif” telah keluar dari diri kita. Istilah yang saya suka pakai adalah “membuang sampah”. Namun seperti halnya membuang sampah, apabila dibuang sembarangan maka dapat mencemari lingkungan dan meperkeruh suasana. Perkataan yang kita keluarkan sekali di sosial media atau dimanapun bisa jadi sangat membekas dan bahkan menularkan hal negatif pada orang lain.

Pilihan kita utk menjadikan dunia lebih baik yaitu dengan mengganti ”amarah”, dengan sesuatu yang “ramah”. Keluarkanlah pendapat yang baik serta membangun. Jangan menggunakan kata yang bersifat memprovokasi atau mencari sensasi agar terlihat “ramai”. Pendapat yang baik harus disertai dengan pengetahuan yang tepat serta pemahaman yang baik dari sesuatu yang ingin kita nilai. Kita dapat mencari fakta-fakta yang ada dan tidak boleh membaca setengah-setengah. Dengan itu maka kita dapat menilai serta dapat mengungkapkan alasan dengan rasional. Perhatikanlah kata-kata yang kita pakai saat mengeluarkan pendapat. 

Kita juga dapat membuat dunia lebih baik dgn peran serta porsi masing-masing. Lakukanlah apapun yang dapat membawa perubahan. Sekecil apapun, atau setidaknya berdoa. Kalau memang kita kepikiran atau terbeban dengan suatu hal, berarti ada sesuatu yang ditempatkan di hati kita. Berbuat sedikit lebih baik daripada hanya mengomel. Perbuatan kecil kita mungkin tidak terlalu menghasilkan efek yang signifikan. Apalagi yang kita lakukan hanya sederhana. Namun perubahan terjadi bukan hanya karena satu usaha besar, namun perubahan terjadi karena adanya usaha-usaha kecil yang dilakukan bersama. Kita hanya perlu melakukannya dengan konsisten dan sabar, karena segala sesuatu akan ada buahnya.

Contoh yang dapat kita lihat adalah saat pandemi COVID-19 ini. Mungkin tak sedikit yang hanya memprotes atau mengomel mengenai keadaan saat ini. Banyak berita-berita “buruk” yang dapat kita baca setiap hari. Pasien semakin banyak, kewenangan yang tidak sesuai, situasi dan bosan karena gerakan yang makin dibatasi, dan sebagainya. Jadi bagaimana kita dapar menanggapi hal tersebut dengan baik? Apabila kita menjadi petugas medis, kita dapat melayani pasien dengan baik. Apabila tidak, kita dapat menjadi volunteer atau membantu memberikan sembako atau bantuan apapun kepada masyarakat. Namun apabila kita tidak bisa, kita juga dapat berkontribusi dengan #diamdirumahaja sambil mendoakan pasien, dokter, serta pemerintah, ataupun kita juga dapat memberikan pengetahuan serta menyebarkan berita yang tepat tanpa menakut-nakuti ke anggota keluarga atau teman-teman terdekat. Semua orang memiliki fungsi serta peran masing-masing agar COVID-19 segera hilang dari negara kita. Mari kita saling mendukung setiap orang yang bergerak dan berbuat apapun yang bisa kita lakukan. 

Apabila kita belum bisa berbuat apa-apa, daripada kita terus merasa jengkel atau kesal dengan berita-berita “buruk” yang ada, kita dapat membatasi frekuensi konsumsi berita kita. Walaupun mungkin berita tersebut adalah fakta. Kita tidak perlu harus mempedulikan atau memusingkan segala sesuatu. Kenalilah diri kalian, topik apa saja yang ingin kita baca. Fokus pada hal-hal yang menarik serta positif. 

Tentu saja semua hal itu tidak bisa kita lakukan secara instan. Saya pun masih belajar. Mari kita sama-sama berusaha belajar untuk menyikapi berita "buruk" dengan baik. Cheers!

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images