Edge of Desire : Worse

04.56

Sekarang gue harus menjalani hari-hari yang sedikit lebih sepi. Dia bilang ini tidak akan lama bukan? Gue harus kuat. Mungkin beberapa hari ini gue akan terlihat tidak seceria biasanya. Like there's something missing in me, and i know it's Ayu who is missing.

"Hei! Melamun aja. Kenapa memangnya?" Kata Gede sambil menepuk gue dari belakang.

"Itu galau aja soalnya untuk sementara tidak bisa telfon dengan Ayu."

"Come on, cheer up. Daripada galau mending kita mempersiapkan lagu untuk perusahaan rekaman."

"Ah.. ga ma.. APA? Perusahaan rekaman?"

"Iya, jadi kemaren gue ditelfon oleh perusahaan rekaman di Jakarta. Katanya kita disuruh mengirimkan demo lagu supaya dapat dipertimbangkan, apakah kita layak atau tidak."

"Elo serius?"

"100% Serious."

"Kita mau nge-record lagu yang mana aja?"

"Kita harus memilih dari lagu-lagu kita yang sebelumnya. Kita benar-benar harus memilih yang terbaik supaya bisa diterima."

"Malam minggu ini kita harus kerja keras untuk itu."

Karena tidak ada acara telfon sampai pagi dengan Ayu, gue bisa begadang sampai malam untuk mempersiapkan demo urban project. Entah kenapa sekarang gue cukup bersyukur karena Ayu sedikit sibuk.

Memang benar, Ayu mengirimi gue pesan sesekali untuk mengabari gue. Fuck, gue pingin banget bisa denger suaranya dia.

Tapi gue tidak bisa apa-apa bukan? Gue melakukan segala upaya untuk tidak menelfon dia, dan itu susah sekali. Gue berusaha menghabiskan waktu untuk bermain gitar dan memilih lagu-lagu yang dijadikan demo untuk mengalihkan perhatian.

Kadang gue gagal, gue telfon dia tapi setelah itu gue tutup lagi setelah sadar itu hanya akan mengganggu Ayu.

...

Oke, jadi ini sudah malam minggu, saatnya untuk berdiskusi. Tak seperti biasanya diskusi ini sangat melelahkan. Selain diskusinya berjalan cukup panjang, tapi banyak sekali pertengkaran yang terjadi. Mungkin karena kami sama-sama ingin memberikan yang terbaik untuk demo ini. Gue bisa memahami Gede untuk saat ini.

Akhirnya kami memutuskan untuk memberikan 9 lagu untuk demo tersebut. Kami berencana mengambil 6 lagu lama kami dan membuat 3 lagu baru, dan ini harus benar-benar bagus.

Baru-baru ini Gede memberitahu kalau perusahaan rekaman yang menelfonnya adalah avatar records. Gue banyak mendengar tentang avatar records. Dia menaungi banyak musisi baru yang berbakat dan membuat mereka meroket sampai sekarang. Tidak sembarang mereka memilih artis untuk bekerja sama dengan mereka.

Sampai pagi kami mencoba membuat lirik, membuat melodi. Lalu kami mainkan. Berkali-kali kami membenarkan bagian yang tidak pas. Latihan ini lebih melelahkan dari biasanya karena selain membuat lagu, kami juga harus latihan untuk konser kami yang berikutnya.

Tepatnya jam 1 pagi kami baru menyelesaikan semuanya. Seperti biasa ritual kami adalah membuka segelas beer dan duduk menatap langit. Perbedaan dengan yang sebelumnya adalah tidak ada chatting dari Ayu. Mungkin dia sedang sibuk dengan buku gambar atau dengan mesin jahitnya atau dengan cowok lain. Ah tidak, tidak. Ayu bukan wanita seperti itu. Gue harus tetap berpikir positif.

On the other side though, gue lagi melihat Gede sibuk chatting.

"Elo chatting sama siapa?"

"Oh, ini dari klien baru. Dia ingin membuat villa di Uluwatu."

"Biasanya kan klien selalu menelefon. Tumben dia chat."

"Ya, kliennya temen gue soalnya. Udah lah apaan sih curiga-curiga gitu." Setelah berkata begitu dia masuk ke kamarnya. Tinggal gue sendirian di luar. Malam ini bulan tidak menampakan dirinya.

Mungkin Ayu pergi bersama sang bulan.

...

Keesokan harinya gue bangun dengan kepala pusing. Kemaren gue menghabiskan 4 kaleng beer, biasanya hanya menghabiskan 1 kaleng. Biasanya kalau sudah 3 kaleng gue udah mabuk. Jam menunjukan tepat pukul 12 siang. Gue menyempatkan diri mengecek hp dan hasilnya nihil. Belum ada kabar dari Ayu. Gue pun keluar dari kamar dan terkejut karena sang mentari sudah memancarkan sinarnya dengan penuh.

"Akhirnya elo bangun juga!" Teriak Gede dari lantai atas. Tahu kalau gue baru bangun, mungkin dia sedang sibuk menggambar untuk klien barunya sekarang.

"Ya, sekarang pusing banget gue."

"Elo minum banyak ya?"

"Ya. Kok elo tau?"

"Iya, elo kemaren ampe menggedor kamar gue dan teriak-teriak tidak jelas."

Anjrit, gue emang suka kebablasan kalau lagi mabuk. Dulu gue pernah hampir lompat dari teras. Untung Gede memegang tangan gue, kalau tidak minimal gue udah patah kaki.

"Terus apa lagi?"

"Kali ini cuma segitu aja."

Syukurlah.

Makanan yang disediakan Gede pun terasa hambar karena pusing ini. Gue makan dengan pelan-pelan karena lidah gue mati rasa.

Lalu gue masuk ke kamar, memasang headset di telinga, dan mendengarkan musik sambil tiduran. Untuk suasana galau seperti ini gue sudah punya playlist tersendiri. Di hp gue sudah terdaftar playlist untuk mood-mood gue.

Playlist untuk suasana galau kebanyakan instrumen. Gue mendengarkan musik sambil melihat galeri foto-foto gue dengan Ayu untuk mengobati rasa kangen. Gue melihat mulai dari foto tahun 2013. Terlihat foto Ayu yang sedang belepotan dengan tepung. Gue ingat saat itu kami sepakat untuk membuat kue untuk anniversarry kami yang pertama. Tapi berakhir dengan kami memainkan tepung dan kue itu tidak jadi. Gue masih ingat rasa kuenya yang sangat tidak enak di lidah.

Gue berpindah ke foto 6 bulan lalu. Foto saat kami videocall sampai dia tertidur. Gue screenshoot foto tersebut dan gue sembunyikan dari Ayu karena dia bilang bahwa dirinya jelek saat tidur. Menurut gue dia paling cantik saat itu.

Dan akhirnya gue berpindah ke foto terbaru, saat kami main di pantai bersama Gede. Lalu gue tutup hp gue dan melihat langit-langit kamar gue. Di sela-sela suara instrumen yang gue dengarkan, terselip suara rintikan hujan yang mengalun.

Lagu gue berganti. Lagu ini berjudul Edge of Desire karya John Mayer. Lirik yang sukses membuat gue semakin galau adalah

"don't say a word
just come over and lie here with me
cause I'm just about to set fire to everything I see

I want you so bad I'll go back on the things I believe
there I just said it
I'm scared you'll forget about me

so young and full of running
all the way to the edge of desire
steady my breathing
silently screaming
I have to have you now "

Gue tidak kuat. Gue harus ketemu Ayu.

Gue mengambil kunci motor gue dan langsung memacu kendaraan gue ke rumah Ayu.

Saat sudah dekat dengan rumah Ayu, dari kejauhan gue terkejut melihat Ayu memeluk seorang cowok yang mengendarai motor dan memakai jaket. Gue memacu kendaraan gue lebih cepat untuk bisa melihat wajahnya, tapi sia-sia karena orang tersebut pergi menggunakan motornya. Setau gue Ayu tidak mempunyai saudara laki-laki.

Gue mempelajari sedikit psikologi bernama 'body language'. Misalnya saat seseorang berbohong dia akan sering menyeka hidungnya, dia tidak berani menatap lawan bicaranya, banyak keringat yang keluar, penjelasannya lebih panjang dari biasanya dan masih banyak lagi.

Gue lalu memarkir motor gue dan membunyikan klakson gue. Dia keluar dengan cepat.

"Kamu lagi di luar ya? Biasanya kamu di dalam terus."

"Iya, lagi bosan di dalam." Dia berkata begitu tanpa melihat mataku. Oh Tuhan, jangan bilang kalau Ayu berbohong.

"Tadi aku liat kamu pelukan sama cowok, siapa dia?"

"Oh, dia saudara jauhku. Dia bukan siapa-siapa kok. Tenang saja. Bukan selingkuhan atau apapun itu. Pokoknya kamu jangan terlalu memikirkan hal itu."

Lalu dia menyeka hidungnya.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images