Edge of Desire : Intro

02.40

Hai:) gue terinspirasi membuat cerpen berseri ini karena gue lagi seneng banget denger lagu dari John Mayer yang punya judul yang sama dengan cerpen berseri gue ini. Kalau kalian belum tahu lagunya, segera cek di youtube karena lagunya keren banget, kalian bisa klik disini. And once again, happy reading all:)

...

Gue Adi. Gue adalah seorang akuntan di sebuah bank besar di Bali. Gue orang yang sangat sibuk dan di pekerjaan gue, sangat dibutuhkan ketelitian dan kecepatan. Jika salah sedikit saja, maka akan berakibat fatal dan pastinya gue akan dipecat dari pekerjaan gue. Karena setiap hari (bukan setiap hari sebenarnya, lebih tepatnya 5 hari seminggu), gue berhubungan dengan yang namanya UANG. Stress? Oya pasti. Tapi gue punya satu siasat untuk menghilangkan stress pekerjaan.

Ehmm.. jadi gue punya satu kebiasaan, tapi berbeda 180° dari yang rutinitas gue sehari-hari. Tidak ada hubungannya dengan uang atau angka, kebiasaan itu adalah ngeband. Nama band gue Urban Project. Band ini band akustik yang terdiri dari 2 orang, gue dan kakak gue yang bernama Gede.

Setiap 2 bulan sekali kami merencanakan konser sendiri. Bukan konser besar tentunya, tapi bukan juga konser biasa. Konser kami selalu berpindah tempat dari taman, pinggir jalan, pantai dan lain-lain. Konser terakhir kami bertempat di Sanur, pantai yang terkenal dengan sunrise-nya. Kami tidak menyia-nyiakan hal itu, konser dimulai dari jam 5.30  sampai 7.00 pagi. Banyak orang yang berhenti berolah raga dan menonton konser kami, ada juga yang tetap berlari dengan mengikuti irama kami. Dan satu hal, konser kami tidak pernah SEPI. Penonton tidak pernah protes mengenai waktu konser kami yang kadang tidak masuk akal. Mereka tidak keberatan kalau bisa melihat pemandangan yang bagus sambil diiringi dengan musik yang bagus juga.

Kami sedang dalam persiapan untuk konser berikutnya. Kali ini gue dan Gede sepakat akan mengadakan konser di pantai kuta. Satu spot yang terkenal juga di Bali. Kami mengadakan konser saat sore hari, bertepatan dengan sunset disana. Kami tinggal mempersiapkan semua peralatan pada mobil VW klasik kesayangan kami. Mobil yang sudah menemani kami di beberapa konser dan serbaguna sekali.

Kami melakukan konser ini tanpa seijin petugas, jadi kami termasuk illegal. Pernah saat di tengah konser kami digrebek oleh polisi dan di situlah mobil kami berguna. Kami tinggal mengangkat speaker, mic, dan gitar, menaruh semuanya di bagasi mobil lalu pergi meninggalkan lokasi. Walaupun illegal, tapi penonton selalu berdatangan, they went nuts all the time. Kami tidak menyangka akan segila ini.

Konser kami-pun gratis. Menurut kami, musik bukanlah untuk diperjual belikan. Musik adalah sesuatu yang dirasakan dengan hati. Melihat penonton yang menikmati musik bisa kami anggap sebagai bayaran kami.

Oya gue hampir lupa. Gue belum cerita soal kakak gue, Gede. Dia beda 3 tahun sama gue. Jadi dulu saat gue lulus SD, dia udah masuk SMA dan saat gue lulus SMP dia udah masuk kuliah. Dia berkuliah di Prancis, tapi dia kembali bekerja di Bali. Dia bekerja di bidang yang berbeda denganku, ia adalah seorang arsitek. Berkat kemampuan berbahasanya, dia banyak melayani konsumen-konsumen dari Prancis.

Arsitek juga sangat sibuk, man. Setiap hari dia biasa menggambar berbagai macam desain bangunan dari hotel, restoran, villa dll di studio khusus-nya. Hanya dia saja yang boleh masuk ke studio itu, bahkan dia tidak memperbolehkan siapapun membersihkan atau membereskan meja kerjanya di studio. Dia selalu bilang akan melakukanya sendiri, tapi tidak pernah ia lakukan. Jadi kalian bisa tebak kira-kira seperti apa rupa studio Gede.

Dalam perkembangan Urban Project, Gede lah yang banyak berperan penting dalam pencarian spot-spot menarik yang enak dipakai untuk konser (maklum, dia arsitek). Dia juga yang mengajak gue untuk membentuk band ini. Pertama kami mulai dengan bernyanyi di berbagai cafe, tapi semua berubah sejak Yanto berkata, "Gue punya ide bagus untuk band kita. Tapi agak gila juga sih." Saat itu gue tidak tahu seberapa gilanya ide Yanto.

Malam ini gue dan Yanto akan latihan untuk persiapan konser di Kuta. Kami sudah ada list-list lagu yang akan kami tampilkan. Kami hanya tinggal melatihnya berulang-ulang dan membenarkan bagian yang gue atau Yanto anggap bermasalah. Yanto yang biasanya lebih rewel jika dibandingkan dengan gue karena dia mau semuanya bagus dan benar-benar bisa menyampaikan pesan ke setiap pendengar.

Lagu pertama berjudul "If I Lose It All", lagu yang berkesan bagi gue. Setiap lagu punya cerita tersendiri bagi kami. Dan karena lagu ini gue yang buat, gue kasih tahu kenapa lagu ini berkesan buat gue.

...

Musim hujan 2 tahun yang lalu. Musim yang pas untuk orang galau yang ingin merenungi nasibnya. Saat itu gue juga galau. Bukan galau karena masalah percintaan. Gue dan pacar gue baik-baik saja. Yang menjadi masalah adalah orang tua gue yang bangkrut bisnis nya karena ditipu orang. Saat itu utang kami di bank mencapai 7 Miliar. Jumlah yang banyak untuk pengusaha menengah seperti kami. Bank mengambil usaha ayah. Saat itu situasi sangat tidak terkendali, kami terpaksa menjual segalanya, mobil, motor, rumah, apa saja yang kira-kira bisa untuk menutupi utang kami.

Waktu itu gue baru saja bekerja, jadi penghasilan gue juga belum terlalu tinggi. Kami pindah dari rumah ke kost kecil. Ayah berusaha untuk membangun bisnis-nya kembali dengan bantuan saudara-saudara yang prihatin terhadap kondisi kami. Saat itu gue panik, sampai tidak bisa berpikir jernih saat bekerja. Gue banyak melamun. Sampai-sampai gue ditegur oleh atasan gue karena tidak bekerja dengan baik.

Saat bertemu dengan pacar gue pun gue masih dalam mood yang sama. Tak banyak kata yang keluar dari mulut gue. Melihat kondisi itu, pacar gue tidak tinggal diam atau bahkan meninggalkan gue. Dia berusaha menghibur gue dan berusaha membangkitkan semangat gue. Cara yang paling sering dilakukan olehnya adalah memeluk gue. Sejak saat itu kami jadi sering berpelukan, entah kenapa gue suka saat tangannya melingkar di pinggang gue Ya, di pinggang. Karena gue lebih tinggi darinya (gue tidak akan bilang dia pendek karena dia tidak suka dengan sebutan itu).

Pacar gue adalah seorang desainer lokal yang bertempat di Bali. Dia belum termasuk dalam kancah desainer papan atas, namun ia sangat memimpikan agar bisa sampai ke tingkat itu. Dan gue yakin di masa depan dia akan mencapai cita-citanya. Dia pernah membuatkan gue sebuah dompet kulit berwarna hitam. Disitu dijahit inisial "AS", yang merupakan singkatan namanya Ayu Shita. Dia menyatakan alasan kenapa dia memberikan baju.

Katanya baju adalah sesuatu yang paling penting. Bahkan barang yang harus dipunyai walaupun kita tidak punya uang atau apapun. Dan walau gue tidak punya apa-apa, dia akan menemani gue. Seperti baju ini.

Maka dari itu gue terinspirasi membuat lagu itu, cuplikan liriknya seperti ini

"...
Even i have no money
Even i live on the side of the road
If i lose my voice
If i lose it all, It's allright
I still can smile
Cause i know i still got you, babe
..."

Lagu ini akan gue sajikan dengan sentuhan blues sedikit. You know, bukan blues asli. Tapi lebih seperti blues campuran seperti milik John Mayer. By the way gue emang merupakan fans dari John Mayer dan dia yang banyak meng-influence genre musik gue.

Itu baru satu dari 12 lagu yang akan kami nyanyikan untuk konser nanti. Kami bagi 2, 6 lagu ciptaan gue dan 6 sisanya diciptakan Yanto. Sebenarnya genre kami berdua berbeda. Mungkin karena kami menyukai aliran musik yang berbeda. Gue lebih senang dengan musik blues sedangkan Gede lebih senang dengan musik beraliran rock. Bukan sembarang rock, melainkan rock progessive. Rock progessive semacam rock tahun 60'an - 70'an, Ia adalah penggemar berat dari Pink Floyd. Mungkin kalau didengar sepintas, blues dan rock tidak jauh berbeda. Setiap konsernya selalu diiringi dengan gitar yang keras, tapi perbedaannya blues lebih memekikan telinga para pendengarnya. Karena blues lebih banyak "berteriak".

Gede banyak menciptakan lagu berdasarkan pengalaman hidupnya juga. Tidak melulu soal cinta, bagi dia semua kejadian yang dialami bisa dijadikan sebagai musik.

Gede lebih pendiam dari gue, mungkin karena itu dia belum punya pacar sampai sekarang (HA!). Dia merupakan orang yang cenderung tertutup terhadap semua orang, bahkan kepada gue sekalipun. Orang-orang bilang Gede adalah seorang yang dingin dan kaku, sulit membedakan ekspresi wajahnya saat dia bahagia ataupun sedih. Tapi sikap cool-nya di panggung menjadi ciri khas dari Gede yang banyak digemari oleh pendengar-pendengar kami. Sikap cool-nya berpadu dengan permainan gitarnya yang sulit menyatu dalam diri Gede dengan indah.

Oya dan satu lagi, dia orang yang sangat disiplin. Dan akan marah kalau gue tidak berkemas sekarang.

...

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images