Hal tersulit dalam kisah percintaan bukanlah putus dengan orang yang kita sayangi, tapi merelakannya. Untuk merelakan dibutuhkan hati yang lebih besar dibandingkan saat kita mencintainya.
Jangankan merelakkan orang yang kita cintai, sejak dulu kita tidak bisa merelakan kepunyaan kita. Contoh yang paling sederhana adalah anak kecil yang akan menangis jika mainan atau permen kesukaannya diambil. Dia pasti akan menangis semakin keras sampai barang tersebut dikembalikan. Saat dewasa-pun kita masih melakukan kebiasaan itu.
Anak kecil yang masih polos menangis karena ia menganggap mainan tersebut sesuatu yang berharga. Prinsip tersebut bisa kita terapkan saat dewasa ini, kita akan menangis juga jika kehilangan sesuatu yang berharga bagi kita. Uang mungkin atau orang yang kita kasihi atau bahkan keluarga kita sendiri dan masih banyak lagi.
Hal memilih pasangan ibarat kita mengambil buku di rak yang sangat besar. Setiap buku yang kita ambil memiliki kisahnya tersendiri, yang kita bisa lakukan hanyalah membaca dan menikmati setiap halaman dari buku tersebut. Dan setelah kita sampai di halaman terakhir, kita ambil buku yang lain dan mulai membaca dari awal lagi.
Karena life must go on, kita tidak akan tahu apa yang terjadi di balik halaman kisah percintaan. Kita haru berani beresiko untuk mengetahui apakah kisah kita memiliki happy ending atau sad ending. Jika kita stuck di satu halaman saja, mungkin kita bisa melewatkan hal yang lebih baik dari sebelumnya.
Berbeda pasangan berbeda juga kisah yang diberikan. Dan jika pasangan kalian memberikan sad ending, maka kita haruslah merelakannya. Dalam prosesnya pasti kita selalu berpikir "tidak ada yang lebih baik dari dia" atau "cuma dia yang terbaik buat aku."
You've got to move on man! Percayalah saat Tuhan menjauhkan kita dari seseorang, Dia sedang mendekatkan kita pada seseorang yang pastinya lebih baik. Dan kalau dia memang yang terbaik dalam versi-Nya, maka Tuhan punya 1000 cara untuk mendekatkan lagi padanya.